Senin, 09 Mei 2011

Sampah Sana, Sampah Sini

Menumpuk
Menumpuk: Dua orang mahasiswa sedang berbincang di dekat sampah yang menumpuk pada sebuah sumur tua di dekat lokal TG UNP, Selas (22/3). f/Yudhi  

UNP masih membutuhkan beberapa tempat pembuangan sampah di sekitar ruang perkuliahan.
Kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada tempatnya juga dipertanyakan

Universitas Negeri Padang beberapa tahun terakhir mencanangkan slogan ‘UNP Kampus Intelektual dan Religius’. Secara religius, Islam sangat peduli dengan masalah kebersihan. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan adalah dengan menyediakan tempat untuk membuang sampah yang cukup dan memadai. Sayangnya, kompleks ruang belajar Mata Kuliah Umum (MKU) UNP hanya memiliki dua buah tempat sampah. Tempat sampah berupa tong yang terbuat dari kayu dan dicat dengan warna biru itu terpusat di satu titik, di depan ruang belajar TB dan GL. Di salah satu sudut, tepatnya di depan musala dekat MKU juga terdapat sebuah bak sampah kecil dari rotan. Di ruangan GM dan sekeliling BAAK tidak ditemukan tempat sampah sama sekali. Untuk kompleks MKU yang merupakan salah satu pusat keramaian di UNP, dua buah tong sampah belumlah cukup. Buktinya, banyak sampah berserakan di sekitar MKU sore hari ketika mahasiswa selesai kuliah. Hal ini diakui oleh ketua BAAK UNP, Azhari Suwir, S.E. Menurutnya, di beberapa tempat sudah terjaga dengan baik namun di beberapa tempat lainnya sampah–sampah masih banyak bertebaran. “Terutama di lingkungan ruang kuliah MKU,” ujarnya, Senin (27/3).
Sedikitnya tempat untuk membuang sampah ini menjadi salah satu penyebab banyaknya titik-titik tumpukan sampah di lingkungan UNP. Seperti di belakang rektorat, jenis sampah yang bertumpuk kebanyakan berupa kertas-kertas tisu. Di samping musala MKU, berupa limbah rumah tangga.
Lain lagi yang terjadi di halaman gedung Fakultas Ilmu Pendidikan, terdapat tujuh hingga delapan tempat sampah. Tong-tong plastik berwarna hijau setinggi satu meter itu ditaruh di satu tempat. Sedangkan di depan ruangan jurusan juga terdapat tempat sampah berukuran lebih kecil. Namun sayangnya, sampah masih banyak yang bertebaran tong yang telah disediakan. Di lingkungan FMIPA, untuk tempat sampah umum disediakan sebuah bak besar yang terbuat terletak tak jauh dari perpustakaan pusat UNP. Untuk masing-masing ruangan juga disediakan tempat sampah alternatif yang terbuat dari kardus-kardus minuman.
Soal sampah yang bertebaran tidak hanya ada di halaman-halaman kampus UNP, tapi juga di dalam ruang belajar. Masih di kelas-kelas MKU, sore hari ketika mahasiswa telah selesai kuliah, berbagai jenis sampah berserakan di dalam kelas. Hal ini diungkapkan oleh Ilis, anak salah seorang cleaning service lokal MKU yang kebetulan tengah membersihkan salah satu ruang GL. Meskipun hanya sekali-sekali membersihkan ruang tempat kuliah itu, “sampah banyak bertebaran di kelas,” katanya, Jumat (8/4) sore itu. Jenis sampah yang seringkali ditemukan adalah sampah plastik makanan, botol minuman dan sampah-sampah kertas.
Lingkungan seperti ini dirasakan kurang kondusif untuk proses perkuliahan oleh Mahasiswa Sastra Inggris TM 2006, Lidya Oktoberia. Ia mengaku terganggu dengan sampah yang bertebaran di dalam kelas. “Apalagi sore hari, sampahnya tambah banyak,” keluh Lidya, Kamis (14/4). Akibatnya nyamuk juga banyak, lanjutnya. Ditambahkan oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2010, Yolanda. Ia tidak menemukan tong sampah di sekitar ruang kuliah TB. “ Hanya petugas kebersihan yang ada kalau hari sudah sore,” ujarnya, Kamis (14/4).

Mereka Peduli akan Kebersihan

Lingkungan yang bersih menjadi perhatian penting bagi beberapa fakultas. Petugas kebersihan menjadi ‘pahlawan’ dalam mewujudkan kebersihan kampus

Sejak Fakultas Teknik (FT) UNP mendapatkan International Standard of Operation (ISO) 9001:2008 hampir tiga tahun lalu, pihak fakultas lebih gencar mensosialisasikan kepada mahasiswa untuk peduli lingkungan dan kebersihan lingkungan FT. Sosialisasi lebih diutamakan kepada mahasiswa yang baru masuk dan dilakukan saat pertemuan seperti pada Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru dan Krida. “Tidak hanya itu, di dalam ruang perkuliahan pun, dosen-dosen ikut mensosialisasikan kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini disampaikan Pembantu Dekan II FT, Dra. Rahmiati, M.Pd. Ia melanjutkan, Selasa (19/4)
Ketika memasuki FT akan terlihat tong-tong berwarna orange berjejer dengan jarak satu tong dengan yang lainnya sekitar 15 meter . Masing-masing tong sampah diberi penutup. Bahkan, untuk ruang kelas jurusan Kesejahteraan Keluarga disediakan tong sampah setiap meja. “Karena mahasiswa banyak menghasilkan limbah kain,” ujarnya.
Begitu juga halnya untuk kedisiplinan petugas kebersihan. Setiap petugas kebersihan harus memastikan kebersihan lingkungan. “kalau ada rumput yang agak panjang, langsung dipotong,” ujar Rahmiati. Hingga saat ini pihak FT mengangkat 8 delapan petugas kebersihan, dua di antaranya sudah dikeluarkan surat keputusan dan enam orang lainnya sengaja dikontrak. “Tiap jumat petugas melakukan gotong-royong bersama,” tambahnya. Tak ayal, untuk kebersihan saja pihak FT harus menghabiskan Rp 40 juta/tahun.
Hanya saja, ia menyayangkan kesadaran mahasiswa yang masih kurang untuk hal ini. “Masih banyak mahasiswa yang sembarangan membuang punting rokok,” jelasnya. Kedisiplinan ini pun berlaku untuk dosen. dosen pun berkewajiban untuk saling mengingatkan. “Bisa dilakukan sambil bergurau, tapi mengena.”
Ketika beberapa mahasiswa baru FT ditanya mengenai peraturan tentang menjaga kebersihan, mereka membenarkan hanya baru sebatas teguran yang diberikan oleh fakultas. “Jika satpam yang menegur, kadang-kadang ada yang disuruh meninggalkan area FT,” Ujar Nopi, Mahasiswa Teknik Elektronika TM 2010, rabu (30/3).
Tidak jauh berbeda dengan yang berlaku di Fakultas Ekonomi UNP. Kebersihan lingkungan menjadi hal poin yang kian diperhatikan. Selain meletakkan tong sampah yang berukuran besar di setiap lantai, Pihak Perlengkapan FE juga menyediakan tong sampah di setiap toilet. “Kecukupan tong sampah harus diperhatikan,” kata Kepala Sub Bagian Perlengkapan FE, Zamrud, Amd., Selasa (5/4). Tak hanya sampai di situ, pemasangan plang-plang yang berisi himbauan untuk menjaga kebersihan bagi seluruh civitas akademika juga semakin digalakkan. “Seperti halnya himbauan Buanglah Sampah pada Tempatnya dan Dilarang Menginjak Rumput.”
Hingga sekarang ini, FE baru mempunyai lima orang petugas kebersihan yang setiap mereka berkewajiban untuk menjaga kebersihan kampus. “Satu orang mempunyai tugas masing-masing.” Begitu juga halnya untuk kebersihan setiap lantai yang ada digedung FE. Setiap lantai juga dikelola oleh satu orang petugas kebersihan. Jadwal pelaksanaan tugas untuk masing-masing petugas kebersihan dibagi dalam tiga shift. Shift pertama dimulai pukul 08.00 pagi, kemudian dilanjutkan pukul 10.00 dan kembali membersihkan lingkungan kampus pukul 16.00 sore.

Dosen pun Merasakan Hal yang Sama 

Tidak hanya mahasiswa, minimnya jumlah tong sampah juga diakui oleh beberapa orang dosen UNP. Sulaiman, S.Pd.I misalnya. Dosen yang mengajar mata kuliah Agama Islam ini mengatakan ketersediaan tempat untuk membuang sampah bagi civitas akademika masih perlu ditambah. Suatu kali ia pernah merasa kesulitan menemukan tong sampah. Alhasil, ia harus membawa sampah itu ke ruang MKU, karena di situ terdapat tempat sampah. “Beberapa kali ingin buang sampah, saya merasa cukup kesulitan,” ungkapnya, Senin (18/4). Perkara sampah, ia melanjutkan, memang masalah yang perlu diperhatikan oleh kita bersama.
Ia juga mengeluhkan, banyaknya tumpukan sampah di samping ruang MKU merusak pemandangan. Ia bersama beberapa rekan lainnya sudah mencoba membersihkan dan membakarnya. “Tapi, besoknya sudah bertumpuk lagi” tambahnya lagi. Ia juga menyadari, di sana juga belum terpasang plang dilarang membuang sampah, hingga masih banyak juga yang membuang sampah disitu.
Dosen Biologi FMIPA, Drs. Ristiono, M.Pd., mempunyai tanggapan yang tidak jauh berbeda. Tidak terkendalinya penyebaran sampah di UNP, menurutnya, kadang disebabkan oleh petugas kebersihan yang hanya melakukan tugas pada jam-jam yang telah ditetapkan, misalnya pagi hari. Setelah itu, mereka tidak lagi mementingkan kebersihan. Padahal, menjelang siang, sampah kembali bertebaran. “Tapi, kita juga tidak dapat menyalahkan petugas kebersihan sepenuhnya,” tukas Ristiono, Jumat (1/6). Rendahnya kesadaran mahasiswa untuk menjaga kebersihan juga menjadi penyebab. “Kebiasaan mahasiswa itu membuang sampah di tempat mereka berdiri,” katanya.
Untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa akan kebersihan, ia berpendapat, dosen juga berperan dengan memberikan pesan-pesan di sela-sela perkuliahan. Di samping itu, kata Ristiono, sebaiknya mata kuliah wawasan lingkungan kembali diwajibkan kepada semua mahasiswa agar mahasiswa lebih memahami pentingnya kebersihan. “Dulu, mata kuliah itu wajib, tapi, sekarang hanya beberapa jurusan saja yang mewajibkan.” Ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar